Mutiara Hadist
Sabtu, 16 Juni 2007
‘Irbadz ibnu Sariyyah berkata, “Jika zaman telah muncul dan menyebar api fitnah di sekelilingmu, maka cepat-cepat padamkan ia dengan taqwa”. Karena fitnah tersebut akan melibas semua
“Cepat-cepatlah kalian beramal shalih (sebelum datang) fitnah seperti malam gulita. Seseorang pada saat itu pagi-pagi dalam keadaan beriman dan sore hari menjadi kafir, atau sore hari dalam keadaan beriman namun bangun pagi menjadi kafir.
Dan menjual agamanya dengan harga dunia yang murah.”
(Riwayat Muslim)
Syaikh Al-Utsaimin memberi nasihat agar kaum Muslimin tetap memenuhi seruan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana saja dan kapan saja. Anjuran taqwa pun selalu disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hampir dalam setiap kesempatan. Dan hendaknya waspada serta berhati-hati terhadap fitnah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Berhati-hatilah terhadap hal-hal yang bisa memalingkan dari agama yang lurus ini, baik berupa harta, keluarga, maupun anak-anak.
“Dan ketahuilah bahwasanya harta-harta kalian, anak-anak kalian, adalah fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah terdapat pahala yang agung.” (Al-Anfaal: 28)
Nasihat di atas menjadi penting. Pasalnya, seringkali manusia tahu fitnah sebagai ujian, namun banyak yang tidak berhati-hati dengannya, bahkan acuh tak acuh. Banyak yang justru cuek terhadap fitnah, bahkan menjerumuskan diri ke dalam fitnah harta, anak-anak, dan keluarga.
Malam Gulita
Berhati-hatilah di zaman yang penuh fitnah ini, terutama terhadap fitnah perkataan. Telah banyak orang-orang menjelek-jelekkan ulama dengan ucapannya, misalnya dengan mudahnya menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Juga menghujat kebenaran Al-Qur‘an dan As-Sunnah dengan ilmunya yang dangkal. Lisannya banyak mengucapkan kebatilan, ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dusta, dan kutukan-kutukan.
Takutlah pula akan fitnah amalan. Telah menyebarnya perselisihan, berpecah-belah dan bercerai-berai, menjadi saling berkelompok-kelompok dan masing-masing kelompok berbangga diri dengan yang ada pada kelompoknya. Telah akutnya wabah cinta dunia, gila ketenaran, hasad, kezhaliman, dan aneka macam kejahatan.
Seorang Muslim hendaknya mewaspadai perkembangan aqidahnya, menjaga diri dari kontaminasi pemikiran-pemikiran sesat, dari seruan orang-orang yang menjungkir balikkan Islam dari kemurniannya. Seorang Muslim pun hendaknya mengembalikan urusan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Masih ucapan Utsaimin, kemudian waspadailah di zamanmu, akan kenyataan yang buruk. Karena semua itu bisa memalingkanmu dari agama dan dapat mendatangkan kehancuran bagimu. Sesungguhnya Nabi telah mengabarkan kepada umatnya tentang kenyataan-kenyataan yang bakal terjadi sampai hari kiamat nanti.
Dengan kasih sayangnya, Nabi mengabarkan tentang fitnah-fitnah itu, bahwa fitnah itu meliputi segala hal, bagai gelapnya malam kelam. Artinya, sungguh sulit bagi seorang Muslim untuk keluar darinya. Oleh karena itu kita diperintah untuk lekas-lekas beramal shalih, yaitu amal perbuatan yang bersesuaian dengan petunjuk Al-Qur‘an dan As-Sunnah.
Pagi Beriman, Sore Kafir
Dahsyatnya fitnah yang terjadi seakan-akan menjerat siapapun tak terkecuali. Nyaris tiada yang mampu menghindari jeratannya yang membinasakan. Termasuk memalingkan keimanan menjadi kekafiran.
Di antaranya, yaitu diangkatnya amanah dari pundak-pundak manusia, sehingga hampir tiada didapatkan orang-orang yang betul-betul menunaikan amanah.
Rasulullah bersabda, “Seseorang tidur sejenak sehingga diangkatlah amanah dari hatinya, dan manusia terus malakukan bisnis jual-beli, dan hampir tidak ada di antara mereka yang menunaikan amanah.” Maka dikatakan, “Sesungguhnya di tempat Bani Fulan terdapat orang yang amanah dan dikatakan padanya: ‘Alangkah berakalnya dia, alangkah beruntungnya dia, alangkah kuatnya dia, alangkah baiknya dia, padahal di dalam hatinya tidak ada keimanan walau sebesar biji zarrah’.” (Muttafaqun ‘alaih)
Benarlah apa yang dikabarkan Rasulullah bahwa telah diambil sifat amanah dari hati manusia. Kita kemudian menyaksikan suasana zaman yang banyak orang sudah tidak dapat dipercaya, yang dapat benar-benar diandalkan kejujurannya.
Dalam hal kepemimpinan, ia merupakan amanah yang besar. Rasulullah Saw bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang digembalakannya.” (Riwayat Bukhari)
Pemimpin yang adil dan shalih merupakan dambaan semua rakyat. Ia figur yang benar-benar paham terhadap hak dan kewajibannya serta paham terhadap apa yang harus dilakukannya dalam membimbing, melayani, dan melindungi masyarakat lemah. Yakni mengantarkan masyarakat untuk mengikuti petunjuk kebenaran Islam, hidup aman sentausa, sejahtera, mentauhidkan Allah, dan menjauhi kemusyrikan.
Namun apa faktanya? Masih ada yang menjadikan manusia bak sapi perah, sementara yang lain menjadi lintah darat. Yang ditampakkan hanyalah tauladan cinta materi, kesyirikan diagungkan, dan semakin membuat keimanan masyarakat gonjang-ganjing. Pagi beriman, sore kembali kafir.
Telah benar terang benderang, muncul beraneka fitnah dari berbagai sisi. Banyak munculnya pemimpin-pemimpin sufaha’ (dungu) yang dipilih oleh orang-orang juhala’ (bodoh), banyaknya polisi (yang menandakan semakin banyaknya kejahatan), jual beli hukum, semakin banyaknya jumlah pasar-pasar sampai di trotoar-trotoar hingga penjual keliling, putusnya silaturahmi dan dijadikannya masjid untuk tempat nyanyian.
Menjual Agama dengan Murah
Ketika zaman sudah mengutamakan sisi materi, budaya hedonisme dan determinisme menjadi sisi pandang hampir semua orang. Kemajuan dan kesuksesan hanya diukur dari sisi perolehan ekonomi, bukan dari agama. Akhirnya, agama tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang urgen, kalau perlu dikorbankan saja demi ekonomi. Agama dijadikan kedok saja. Jika menghalangi kepentingan pribadi, dijual saja. Naudzubillah.
Suatu ketika Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah apakah setelah kebaikan Islam ini akan muncul kejelekan?”
Nabi menjawab, “Ya.”
Khudzaifah bertanya lagi, “Apakah setelah kebaikan itu akan muncul kejelekan lagi?”
Nabi menjawab, “Ya, dan di dalamnya ada Ad-Dakhn.”
Khudzaifah bertanya lagi, “Apakah Ad-Dakhn itu?”
Kata Nabi, “Suatu kaum yang mengambil sunnah bukan dari sunnahku, mengambil petunjuk selain dari petunjukku, kalian mengetahui hal tersebut dari mereka dan kalian mengingkarinya.”
Khudzaifah kembali bertanya, “Lalu, apakah setelah itu akan muncul kejelekan lagi?”
Beliau menjawab, “Ya, (yaitu) ada da’i-da’i yang berdiri di pinggir-pinggir pintu jahannam. Barangsiapa yang menerima ajakan mereka, akan ikut dicampakkan ke dalamnya.”
Lantaran takutnya, Khudzaifah bertanya lagi, “Gambarkanlah ciri-ciri mereka ya Rasulullah!”
Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang seperti kita dan berbicara dengan bahasa kita.” (Riwayat Bukhari)
Agar Terlindung dari Fitnah
Inti dari fitnah (ujian) adalah menguji dan menyeleksi. Siapakah di antara hamba-hamba Allah yang lulus ujian, siapakah di antara mereka yang tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman, “(Dialah, Allah) yang menciptakan kehidupan dan kematian agar menguji kalian, siapakah di antara kalian yang lebih baik amalannya.” (Al-Mulk: 2)
‘Irbadz ibnu Sariyyah berkata, “Jika zaman telah muncul dan menyebar api fitnah di sekelilingmu, maka cepat-cepat padamkan ia dengan taqwa”. Karena fitnah tersebut akan melibas semua.
Fitnah akan terus ada sampai hari kiamat nanti. Dan dengan kasih sayangnya, Rasulullah memberikan jalan keluar kepada umatnya agar terhindar dari fitnah. Yaitu sebagaimana yang kita baca setiap saat tahiyat akhir dalam shalat, dengan meminta perlindungan kepada Allah dari empat macam fitnah, yaitu fitnah api neraka jahanam, fitnah siksaan kubur, fitnah kehidupan dunia, dan fitnah kematian.
Mudah-mudahan Allah senantiasa melindungi kita dan segenap kaum Muslimin dari segala macam fitnah, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Dan semoga Dia membukakan bagi kita pintu-pintu kebaikan sehingga kita mengikutinya, serta menunjukkan kepada kita pintu-pintu kejelekan sehingga kita bisa menjauhinya. Amin
Friday, June 15, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)